“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal) itu, maka kamu lihat orang-orang yang berbuat dosa dirundung ketakutan melihat apa yang tertulis padanya,
dan mereka berkata, “Kitab apakah ini; ia tidak meninggalkan perkara yang kecil ataupun yang besar kecuali ia perhitungkan juga.”
Mereka dapati segala yang pernah mereka lakukan tertulis di sana.
Dan Rabbmu tidak akan berbuat zalim kepada siapapun.”
(QS. Al-Kahfi: 49)
Terlahir sebagai muslim sejak lahir, lebih kurang sudah 21 tahun kujalani. Ada rukun islam dan rukun iman yang sudah dihafal di luar
kepala. Tapi, entah sudah sejauh apa dan sedalam apa iman dan Islam itu mengakar kuat dalam jiwa.
Rukun Iman yang ke-5 : Iman pada hari Akhir. Hafal? Tentu saja. Tapi benarkah aku telah mengimaninya? Iman : membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Ada 3 poin yang harus sempurna untuk menjadi sebuah keimanan. Hati, lisan, dan amal haruslah berjalan selaras dan menjadi proyeksi hidup kita.
Lalu iman dengan hari akhir? Ah, semoga Allah mengampuni dosa-dosaku dan terus membimbingku menuju jalan lurus-Nya. Meski belum sempurna dan penuh dengan dosa, hanya doa yang penuh harap agar Allah selalu menancapkan keimanan itu dalam hati dan kehidupan sehari-hari.
Akhirat, sebuah kepastian dalam hidup. Tapi, apa yang sudah kupersiapkan?
Dua malaikat sudah Allah kirimkan pada masing-masing kita untuk mencatat amal baik dan amal buruk. Apapun, pasti akan dicatat. Setiap gerak kita dan langkah kita. Bahkan diam sekalipun, salah satu malaikat pasti akan mencatatnya.Jika malaikat Rakib yang mencatat, maka Atid tak akan mencatat, begitupun sebaliknya. Maka, tak pernah kubiarkan diamku tak menghasilkan apa-apa. Entah akan dicatat oleh malaikat Raqib atau Atid, pasrahkan saja.
Shalat 5 waktu, zakat, puasa Ramadhan. Kulaksanakan itu, tapi apa istimewanya. Bukankah itu identitas muslim dan kewajiban kita? Toh, banyak yang shalat, banyak yang zakat tapi mungkin semua itu tak bernilai apa-apa di akhirat karena berbagai macam alasan yang tentu Allah lebih mengetahuinya.
Jika ditanya, apa persiapan akhiratku? Aku.. Aku.. Entahlah apa yang sudah kupersiapkan untuk hari akhir. Hanya saja, dengan keterbatasan dan kekurangan yang banyak kumiliki, aku coba untuk terus mengisi perjalananku dengan kebaikan.
Menjalankan sunnah seoptimal mungkin meski mungkin banyak yang terlewat. Membuat targetan ruhiyah, dan mencoba menciptakan amalan unggulan yang dicontohkan para sahabat Rasulullah untuk bisa meraih surgaNya. Entah amal mana yang akhirnya menjadi pemberatku untuk bisa mencapai surgaNya. Maka, tak ada alasan untuk tidak berbuat kebaikan dan terus memperbaiki diri.
Aku sangat mencoba menghidupkan alam akhirat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita percaya jika dalam kehidupan sehari-hari aku tak pernah menghidupkannya, bukan? Maka, majelis-majelis ilmu dan pertemuan halaqah sepekan sekali adalah penghidup kehidupan akhirat yang harus tetap ada. Dan yang utama adalah pngingat dari dalam diri sendiri dan menyadari hakikat kita ada di dunia bahwa pada akhirnya kita akan menghadapi hari akhir dan hisab di akhirat.
JUMAT BERKAH JUMAT BERSEDEKAH
EDISI JUMAT KE 74
SLB PGRI PURWODADI