SENTUHAN HATI SAAT BERBAGI

Sahabat, tahukah bahwa bersedekah bisa membawa ketenangan hati, namun bisa juga malah membawa keresahan.

Bagaimana mungkin sedekah justru membawa keresahan? Ya, jika dilakukan dengan tidak tepat, sedekah justru bisa melahirkan keresahan dan kekacauan. Oleh sebab itu, penting sekali kita memastikan sedekah yang kita keluarkan dilakukan dengan tepat.

Berikut ini syarat mutlak sedekah yang dapat membawa ketenangan hati:

Sedekah dengan mengetahui ilmunya

Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:

Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Dari kitab Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah: 2/383)

Sahabat, sebelum membabi buta mengikuti sedekah 100% yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu prioritas sedekah, karena sesungguhnya Rasulullah telah memberitahukan kita bagaimana sedekah yang terbaik itu.

“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu” (HR Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).

Lihatlah betapa tingginya posisi bersedekah pada keluarga sendiri! Oleh sebab itu, jika kita memiliki istri dan anak, penghasilan kita katakanlah hanya ada lima juta rupiah, maka pertama-tama prioritaskan untuk menanggung kebutuhan harian istri dan anak terlebih dahulu. Selanjutnya penuhi kebutuhan orangtua dan mertua, selanjutnya penuhi kebutuhan kerabat dekat yang membutuhkan.

Jika penghasilan kita melampaui kebutuhan seluruh keluarga dan kerabat, barulah kita bisa bersedekah untuk pihak luar yang juga memerlukan semisal anak yatim dan kaum dhuafa. Karena bagaimanapun, kita berkewajiban memenuhi nafkah terhadap orang-orang yang menjadi tanggungan kita terlebih dahulu.

“Apa yang engkau berikan untuk makan dirimu sendiri, apa yang engkau berikan untuk makan anakmu, apa yang engkau berikan untuk makan orang tuamu, apa yang engkau berikan untuk makan isterimu, apa yang engkau berikan untuk makan pelayanmu, maka semua adalah sedekah bagimu.” (HR Ibnu Majah)

Jika kita tak mengerti prioritas sedekah karena tak memiliki ilmunya, tentu akan terjadi kekacauan dan bukannya ketenangan.

Zainab menghadap Rasulullah dan ingin bersedekah, namun Ibu Mas’ud (suaminya) dan anaknya menganggap diri mereka lebih berhak mendapat sedekahnya, maka Rasulullah bersabda : “Benar Ibnu Mas’ud, suami dan anakmu adalah orang yang lebih berhak engkau beri sedekah.”(HR. Bukhari)

Bukankah banyak orang yang bersedekah namun keliru prioritas? Keluarganya sendiri masih kekurangan makan namun ia sudah bersedekah untuk orang lain. Diri kita dan keluarga kita tidaklah sama dengan keluarga Rasulullah yang tak memiliki hasrat pada makanan, minuman dan hal duniawi yanh berlebihan. Oleh sebab itu jangan sampai terjadi ‘pertengkaran’ hanya karena kita tidak memiliki ilmu mengenai prioritas sedekah.

Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah olehmu sekalian”, seorang lelaki berkata : Wahai Rasul, aku memiliki satu dinar? Rasul menjawab: “sedekahkan untuk dirimu”, lelaki itu berkata: Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda : “sedekahkanlah kepada anakmu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda : “Sedekahkan untuk istrimu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda : “sedekahkanlah kepada pembantumu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, rasul bersabda : “Sedekahkan untuk engkau lebih mengerti tentang itu” (HR. Abu Dawud, Nasa’i).

# YKIS & POLRES & JKQ

# Jumat ke 59(12/04/19)

#Perindu syurga

#pejuang sedekah

#Pecinta Alquran

 

Tinggalkan Balasan